Kamis, 20 Desember 2012

The Billionaire

Film The Billionaire diangkat dari kisah nyata seorang pengusaha muda bernama Top Ittipat. Saat film ini beredar, Ittipat berusia 26 tahun. Siapa yang menyangka bahwa Ittipat adalah seorang pecandu game online saat dia berusia 16 tahun?

Saat gurunya sedang menjelaskan pelajaran, Ittipat sibuk bermain game online. Jumlah komputer di kamarnya lebih dari 3, dan semuanya dipergunakan untuk main game online. Saat ia berusia 17 tahun, ia berhenti sekolah dan menjadi penjaja kacang, dibantu oleh pamannya yang sudah separuh baya. Usahanya tidak begitu lancar, ada saja masalah yang menghampiri usaha anak muda tersebut. Orangtuanya pun khawatir dengan masa depan anak bungsunya tersebut.
Saat ia berusia 18 tahun, keluarganya bangkrut dan meninggalkan hutang sebesar 40 juta baht. Papa dan mamanya memutuskan untuk meninggalkan Thailand, tetapi Ittipat meminta untuk tetap tinggal. 

***
 
Saat berusia 19 tahun, Ittipat berhasil menciptakan camilan rumput laut goreng "Tao Kae Noi" (Pengusaha Muda) yang saat ini dijual di 3.000 cabang 7-Eleven (mini market) di Thailand. Tapi tidak semudah itu ia mencapai kesuksesan! Ia menghabiskan beratus-ratus ribu baht untuk menciptakan cemilan ini, hingga suatu hari pamannya terjatuh dan masuk RS, dan dari musibah itulah, ia mendapat titik cerah untuk menciptakan camilan rumput laut goreng.
 
Awalnya ia menjual produknya di counter di pusat perbelanjaan. Lalu ia mencoba untuk menawarkan produknya ke 7-Eleven. Kunjungan demi kunjungan ia ditolak karena kemasan, harga, dan lain sebagainya. Dengan tekad yang pantang menyerah, ia mengubah desain kemasan dengan bantuan seorang designer. Ia dengan semangat kembali ke 7-Eleven, tetapi penantiannya tidak mendapat respon. Lalu, ia memberikan sample produknya kepada satpam penjaga di sana. Dan ternyata produknya diambil oleh beberapa karyawan di gedung itu. 

Di saat ia merasa ingin putus asa, tiba-tiba ia di hubungi oleh pihak 7-Eleven karena produknya diterima. Tetapi, ia harus mempunyai sebuah pabrik. Selama ini ia menggoreng rumput lautnya hanya di sebuah dapur kecil bersama Pamannya. Lalu ia teringat keluarganya masih mempunyai sebuah kantor kecil. Maka ia merenovasi kantor tersebut menjadi sebuah pabrik agar ia bisa lolos kualifikasi. 

Pada akhirnya, kerja keras dan semangatnya berbuah hasil. Setelah 2 tahun, ia berhasil membayar hutang keluarganya dan berhasil mengambil kembali rumah yang selama ini mereka tinggali bersama kedua orangtuanya. 

Ittipat dan produk rumput laut goreng ciptaannya 
 


Kisah nyata yang sungguh memberikan inspirasi kepada saya pribadi, dan semoga juga memberikan inspirasi kepada semua pembaca. Perjalanan dia menuju sebuah kesuksesan penuh dengan masalah hinggal ia terjatuh berkali-kali, mengalami musibah bertubi-tubi, hingga ia harus berpisah dengan orangtuanya. Semua yang dialami, tidaklah mudah untuk dilewati. Tetapi, disaat ia berhasil melewati itu semua, ia menuai hasil dari kerja kerasnya, bahkan berlipat-lipat ganda. Luar biasa! 
 
 
Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Rabu, 19 Desember 2012

When You Do Not Give Up, You Can Not Fail

Derek Redmond (atlet Inggris kelahiran tahun 1965) mengikuti lomba lari cepat 400 meter di Olimpiade Barcelona, 1992. Lomba pun di mulai dan semua peserta termasuk Derek, berlari dan berusaha untuk mencapai posisi pertama. Tetapi, di saat menempuh jarak 150 meter, Derek tiba-tiba merasakan sakit pada kakinya, ia merasa kakinya seperti terbakar. Ia terjatuh dan lututnya terluka. Ia terdiam di tempat, sedangkan peserta lainnya sudah jauh meninggalkannya.
Tidak ingin menyerah, dan bertekad untuk menyelesaikan perlombaan tersebut, ia bangkit dan melanjutkan lombanya. Dengan langkah yang tidak sempurna, dan menahan sakitnya, ia terus berusaha untuk melanjutkan lomba itu. Tiba-tiba, seorang pria memasuki area lomba dengan menerobos petugas keamanan dan lari mendekati Derek. Pria tersebut mendekati dan merangkul Derek. Lalu Derek menangis dan memeluk pria tersebut, yang ternyata adalah ayahnya.
 
"Kamu tidak perlu melakukan hal seperti ini," katanya pada putranya.
"Ya, saya perlu", balas Derek.
"Yah kalau begitu, mari kita selesaikan bersama!"
Bersama-sama, ayah dan anaknya melanjutkan perlombaan itu.
Ketika jarak tinggal sedikit lagi untuk mencapai garis finish, sang ayah membiarkan Derek untuk menyelesaikan perlombaan tersebut. Di saat Derek menyelesaikan lomba tersebut dengan melewati garis finish, lebih dari 65.000 penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Derek dan ayahnya. 
 
***  

Kisah pelari yang sangat menginspirasi. Hidup kita bagaikan perlombaan tersebut. Tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Di saat kesulitan menghampiri, apa yang anda lakukan? Menyerah dan tidak menyelesaikan perjalananmu atau bangkit walaupun terjatuh dan terluka?
Tidak mudah memang, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Derek bisa saja menyerah karena kesakitan, kelihatannya tidak mungkin untuk menyelesaikan lomba itu dalam keadaan kaki yang kesakitan; dia pun sudah tertinggal jauh oleh pelari yang lain. Tetapi, Derek tidak memilih untuk menyerah, dengan menahan kesakitan, ia tetap berusaha untuk menyelesaikan lomba tersebut. Ia tidak peduli kalah atau menang, tetapi ia hanya ingin menyelesaikan lomba tersebut.

Dan dukungan sang Ayah yang tidak berbicara banyak namun kehadirannya memberitahu kepada Derek bahwa ayahnya ada untuknya dan memberikan dorongan kepadanya. Itu menjadi sebuah kekuatan bagi Derek untuk lebih semangat lagi menyelesaikan lomba tersebut.
 
Semangat Derek yang tidak memilih untuk menyerah memberikan inspirasi kepada kita, khususnya dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Derek tidak menginginkan sebuah kekalahan, begitu juga dengan kita. Tetapi, sekali lagi, tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Tetapi, itu tidak berarti kita gagal. Karena di saat kita memilih untuk tidak menyerah, kita tidak gagal.
Things don\'t always work out the way you\'d like, but, when you don\'t give up, you can not fail!!


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Selasa, 18 Desember 2012

Kisah Si Tikus Desa

Alkisah, ada dua ekor tikus bersahabat. Karena keadaan, yang satu tinggal di desa sedangkan yang lain tinggal di kota. Suatu hari, tikus kota berkunjung ke desa sahabatnya. Oleh tikus desa, tikus kota dibawa keliling desanya, disuguhi makanan terbaik ala desa sambil bercerita, "Sahabat, desaku memang sepi tetapi hawanya begitu sejuk dan suasananya damai. Makanan pun tersedia dimana-mana di sepanjang lumbung pak tani. Bagaimana menurut pendapatmu?"

Dengan gaya perkotaannya tikus kota menjawab, "Jujur saja sobat, aku sungguh tidak mengerti kenapa kamu betah tinggal di tempat seperti ini. Begitu sepi, dingin, dan seakan-akan tidak ada kehidupan yang berarti. Makanan terbaikmu, rasanya pun juga terlalu hambar bagi lidahku. Sekali waktu datanglah ke kota. Aku akan tunjukkan kepadamu kehidupan yang layak, nikmat, mewah, dan megah. Engkau akan tahu betapa jelek, kotor, dan tidak layaknya tempat tinggalmu ini."

Mendengar cerita tentang kota yang begitu menawan, si tikus desa tertarik untuk ikut ke sana. Setibanya mereka di kota, dengan bangga dibawanya tikus serta berkeliling menikmati indahnya gedung-gedung tinggi, lampu-lampu yang menghiasi sepanjang jalan, keramaian manusia dan kendaraan yang berlalu lalang. Hingga akhirnya mereka sampai ke liang lubang di sebuah rumah mewah kediaman manusia.

"Ayo masuklah. Memang rumah majikanku besar, indah, dan selalu hangat di dalamnya, berbeda sekali dengan rumah desamu kan?" Setelah berkeliling, perut pun terasa lapar. Sambil bercakap-cakap, mereka mengendap-endap memasuki ruang makan. Sungguh hebat makanan di atas meja, banyak dan beragam serta memancarkan aroma yang begitu mengundang selera.

Saat hendak menyantap makanan. Tiba-tiba, "gubrak!" terdengar suara daun pintu dibuka dengan kasar disusul dengan teriakan menggelegar dari orang yang datang itu. Tikus kota spontan berbalik arah dan berteriak "Cepat lari, cepat !" sesegera mungkin mereka pun berlari menyelamatkan diri ke lubang pengaman menghindari caci maki dan kemarahan si penghuni rumah.

Dengan jantung yang masih berdegup kencang karena kaget dan ketakutan, si tikus desa berkata tegas, "Aku mau pulang. Seindah dan semegah apapun di kota, di sini bukanlah tempatku. Ternyata desaku yang sepi dan tenang jauh lebih enak untuk tempat tinggalku. Selamat tinggal sahabat."

Kesimpulannya,

Pepatah mengatakan "Rumput tetangga lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri." Kadang kita hidup selalu dengan perbandingkan! Melihat orang lain serasa lebih enak, lebih hebat, lebih kaya, lebih indah dibandingkan diri sendiri. Jika kehebatan orang lain menjadi acuan kita, maka tentulah perasaan tidak bahagia yang senantiasa menyelimuti kita. 

Seperti saat ini, setelah berlebaran di kampung halaman, biasanya terjadi urbanisasi besar-besaran. Kembali ke kota dan banyak yang membawa serta sanak saudara dan teman untuk mengais rejeki di kota. Sesungguhnya, jika kaum muda mau menggali potensi yang ada di kampung halaman mereka masing-masing, maka banyak masalah yang akan terpecahkan. Dan banyak prestasi yang bisa diciptakan, desa menjadi maju dan kota tidak perlu pengap karena bertambahnya penduduk yang tidak sesuai dengan perencanaan kota. Sehingga pemerataan pun terjadi. Dengan demikian kehidupan akan selaras penuh keharmonisan.


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Rabu, 12 Desember 2012

Untung Saya Belum Tahu

Seringkali manusia menduga-duga kalau saja bisa mengetahui masa depan, atau hal-hal yang akan terjadi maka hidup akan berjalan jauh lebih mudah.

Si A mengeluhkan istrinya yang cerewet, si B mengeluhkan pekerjaannya yang "nggak asyik", si C mengeluhkan mengapa dulu menjatuhkan pilihan pada si D yang tampan tapi perilaku sehari-harinya sangat kasar bahkan karena ulah si D dia sampai harus kehilangan dua buah giginya akibat lemparan asbak pada hari Rabu yang kelabu baru-baru lalu.

"Aaah...seandainya saja saya tahu!" Itulah yang selalu menjadi keinginan manusia.

Tapi saya berpikir sebaliknya!

Saya bisa merasakan keajaiban berserah diri dan merasa harus percaya saja pada tuntunan Tuhan yang selalu membuat saya merasakan hati yang tentram, merasakan "gregetnya" sebuah tantangan, merasakan "passion dan semangat" dalam mengejar segala hal yang menjadi IMPIAN SAYA justru karena saya belum tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya atau ganjaran apa yang sedang menanti saya nantinya! Justru karena saya belum tahu apa-apa mengenai "hari esok".

Kalau manusia tahu segalanya atau tahu mengenai hari esok, saya menduga - manusia tidak akan pernah mencapai usia seperti saat ini... Semuanya akan "mati muda" karena menderita gagal jantung akibat insomnia yang akut.

Manusia akan menjadi makhluk yang menderita aneka "over phobia" sehingga tidak akan banyak yang dapat dilakukan untuk mengisi kehidupannya. Sekali lagi, tidak akan banyak yang akan dilakukannya selama hidupnya.

Atau bahkan, manusia merasa menjadi makhluk yang paling super, "petantang-petenteng" bertemperamen sangat panas mencari lawan siapa saja yang "pasti kalah" (karena sudah tahu bakal menang) kalau berani menentang kehendaknya dan paling parahnya lagi tidak merasa memerlukan Tuhan Sang Pemberi dan Sang Pemelihara Kehidupan itu sendiri.

Aahh... Terima kasih Tuhan! Untung Saya Belum Tahu.

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com
 

Senin, 10 Desember 2012

Mickey Mouse Tercipta

Walt Disney ia dilahirkan pada 5 Desember 1901 dan meninggal pada 15 Desember 1966 .

Sebagai seniman Hollywood, ia termasuk salah satu yang tersukses. Melalui berbagai karakter dan film animasi yang dibuatnya ia memenangkan 22 Piala Oscar dari 59 nominasi yang diperolehnya. Salah satu karakter tersuksesnya adalah Mickey Mouse yang juga menjadi maskot perusahaannya, Walt Disney Company.

Mickey Mouse tak langsung dibuat Disney seketika. Pada tahun 1928 Disney Studio memiliki kontrak dengan Universal Studio untuk menyelesaikan serial Oswald the Lucky Rabbit, salah satu serialnya yang sukses. Disney meminta tambahan anggaran. Namun alih-alih  dikabulkan, pihak Universal malah memotong anggarannya 20%. Selain itu, mereka mengancam Disney. Jika tak mau menyelesaikannya, maka Universal akan membuat Oswald sendiri dengan mengandalkan anak buah Disney yang berbelot ke Universal.

Dalam keadaan terjepit akhirnya Disney setuju untuk menyelesaikan kontrak itu mengandalkan animator yang tersisa di antaranya Ub Iwerks, Wilfred Jackson, dan seorang seniman magang, Les Clark. Ia juga merasa perlu mematenkan ciptaannya agar tak dikuasai pihak lain. Untuk itu ia meminta Iwerks menciptakan karakter baru.

Iwerks kemudian mencoba menciptakan karakter baru mulai dari sapi, kuda jantan, hingga katak. Namun semua ditolak Disney. Suatu kali ia melihat foto Walt Disney yang dikelilingi gambar tikus-tikus yang dibuat oleh Hugh Harman, animator Disney yang pindah ke Universal. Foto dan kartun itu dibuat tiga tahun sebelumnya. Rupanya gambar tikus itu memang lekat dengan Disney. Ia sering melihat tikus-tikus besar bergentayangan di kebunnya. Tiba-tiba saja Iwerks punya ide membuat karakter tikus itu. Karakter itulah yang kemudian diajukan ke Disney dan diberi nama Mortimer Mouse.

Disney suka dengan karakter baru itu, namun istrinya menganggap namanya kurang matap. Lalu ia mengusulkan nama Mickey Mouse. Maka dipilihkan nama itu untuk karakter si tikus Mickey Mouse. Dari sanalah lahir legenda animasi yang menjadi ikon Walt Disney Company.

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Jumat, 07 Desember 2012

Kopi Pahit

Saya yakin hampir semua di antara kita pernah, bahkan sering, membeli kopi di toko kopi yang hampir dapat kita jumpai di setiap mal/pusat perbelanjaan. Baik itu kita memang suka mengonsumsi kopi, sekedar bersantai di gerai kopi, ataupun hanya mencoba.

Bagi penggemar kopi pahit, rasa pahit dan aroma dari kopi tersebut tentu akan memberikan suatu kenikmatan yang khas. Namun bagi yang bukan penggemar kopi pahit, tentu hal ini menjadi hal yang sangat-sangat tidak menyenangkan bagi lidah mereka. Kebanyakan di antara orang-orang yang tidak menyukai kopi pahit dan pertama kali mencoba membeli kopi pahit, mereka akan kaget dengan pahitnya kopi tersebut, dan hampir semua dari orang tersebut, hampir dipastikan akan melakukan reaksi berupa menambahkan gula pada kopinya, dengan harapan kopi tersebut akan menjadi manis dan sesuai dengan selera lidah mereka.

Namun apakah yang terjadi demikian? Tidak. Kopi pahit yang mereka coba tidak berubah menjadi pahit. Tapi menjadi kopi pahit, yang juga manis. Rasanya akan menjadi semakin aneh dan semakin tidak menyenangkan di lidah. Bahkan cenderung mengundang lambung untuk memuntahkan isi perut.

Namun yang ingin disampaikan dari artikel ini adalah pembelajaran dari fenomena tersebut, di mana menambahkan gula pada kopi yang pahit, bukanlah tindakan yang tepat untuk membuat kopi menjadi manis. Menambahkan gula ke dalam kopi yang pahit hanya akan menjadikan rasa dari kopi tersebut semakin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Jadi, ketika kita mendapat rasa kopi yang tidak sesuai dengan keinginan kita, menambahkan unsur lain (seperti gula, susu, ataupun hal lainya) dengan harapan rasa pahitnya akan hilang, hal itu jelas bukanlah tindakan yang tepat. Ada 2 hal yang dapat Anda lakukan untuk mendapat rasa kopi lain sesuai apa yang Anda inginkan:
1. Meminum habis kopi tersebut, kemudian menuangkan atau memasukkan kopi/minuman lain yang rasanya sesuai selera.
2. Membuang kopi pahit tersebut, kemudian menuangkan kopi/minuman lain yang sesuai dengan selera.

Telepas dari perbedaan prinsip dari kedua tindakan tersebut, yang pasti kedua tindakan ini pada prinsipnya memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu mengosongkan wadah, dan mengisinya dengan yang baru. Tidak ada yang salah dari kedua tindakan tersebut, yang penting adalah jangan menyayangkan/menyesali materi/pengorbanan yang dikorbankan untuk membeli kepahitan tersebut. Lepaskan saja tanpa ada keterikatan. Syukurilah kepahitan tersebut, karena dari kepahitan tersebut setidaknya Anda tahu rasa rasa pahit itu sendiri.

Selayaknya seseorang yang kecewa dengan kopi yang dia beli karena ternyata pahit, tidak enak di lidah, tidak sesuai dengan harapanya, bahkan malah membuat ingin muntah, begitupun dalam hidup kita, terkadang kita dihadapkan pada kenyataan/kejadian/keputusan yang tidak kita sukai, tidak kita harapkan, bahkan sangat menyakitkan buat kita.

Ketika kita masih belum bisa menerimanya, masih menyimpan kebencian, kesakitan, dan kedengkian di hati kita, kita terkadang malah berusaha memasukkan hal-hal lain ke hati kita dengan cara melakukan hal-hal gegabah sebagai pelampiasan. Bukan kebahagiaan yang didapat, malah penyesalan yang kita dapatkan.

Ketika kita belum bisa menerima semuanya, masih akan terdapat kebencian, kedengkian, dan kesakitan dalam hati. Apapun yang Anda lakukan untuk menghilangkanya tidak berbeda seperti memasukan gula ke kopi pahit tadi. Untuk itu, kita harus menerima dan mengampuni segala sesuatunya terlebih dahulu, tidak berbeda seperti mengosongkan gelas untuk diisi kembali. Ketika Anda menerima, melepaskan, dan mengampuni semuanya, Anda sudah mengosongkan hati Anda, dan siap untuk menampung kebaikan yang sudah menanti


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Selasa, 04 Desember 2012

Segelas Fanta

Konon suatu hari, Om William yang saat itu usahanya belumlah seraksasa Astra saat ini, datang ke kantor pada pagi hari dan segera disambut oleh seorang Office Boy yang meletakkan segelas minuman di meja kerja Om William. "Selamat pagi Tuan" demikian sapa sang Office Boy dengan sopan yang disambut dengan anggukan dan sambil meletakkan koran di meja, Om William pun balas menyapa "Kamu masih baru ya? sudah berapa lama kamu kerja disini?" "Kira-kira satu bulan Tuan" jawabnya.

OW: "Bagaimana? Kamu suka kerja disini?"
OB: "Ya Tuan, saya suka bekerja disini"
OW: "Baiklah kalau begitu"
OB: "Maaf Tuan, apakah saya boleh menyampaikan sesuatu?"
OW: "Apa itu?"
OB: "Saya mau minta dibelikan selusin gelas untuk para tamu di kantor ini Tuan"

Di zaman itu Coca Cola, Fanta & Sprite adalah trend yang dipandang praktis sebagai minuman yang disuguhkan kepada tetamu yang datang ke kantor Om William.

OB: "Tuan, seringkali sebotol minuman yang kita suguhkan tidak dihabiskan, kalau saya menggunakan gelas yang saya isi es batu maka sebotol bisa untuk dua orang"

Dahi Om William pun sempat berkerut namun kemudian mengangguk tanda setuju dan memberikan sejumlah uang kepada si Office Boy itu untuk membeli gelas.

Sebulan berlalu dan dalam sebuah kesempatan si Office Boy menyapa Om William kembali untuk menyampaikan isi hatinya.

OW: "Ya, ada apa?"
OB: "Maaf Tuan, apakah saya boleh minta uang untuk beli gelas lagi?"
OW: "Memangnya kenapa dengan gelas yang dulu kamu beli?"
OB: "Gelas itu terlalu besar Tuan, dan sebagian tamu yang datang tidak menghabiskan minumannya, saya ingin membeli gelas yang lebih kecil"

Om William pun setuju dan kembali memberikan sejumlah uang untuk membeli gelas kecil, dan si Office Boy itu pergi membeli selusin gelas kecil yang saat itu lazim disebut gelas belimbing"

Sekian waktu berlalu, dan kali ini si Office Boy mengetuk pintu ruang kerja Om William, "Ya, masuklah"
Si Office Boy pun masuk dan belum sempat berkata-kata, Om William langsung berkata "kali ini kamu jangan lagi minta uang untuk beli gelas ukuran 'sloki' ya!"

Si Office Boy nampak gelisah dan berusaha menjelaskan "Maaf Tuan, saya tidak bermaksud minta uang untuk beli gelas lagi, saya hanya ingin minta ijin agar diperbolehkan menanyakan kepada para tamu itu, apa jenis minuman yang sebenarnya mereka suka"

Om William yang penasaran masih belum berkata-kata dan si Office Boy melanjutkan perkataanya "Karena ada beberapa gelas yang tidak diminum sama sekali dan mungkin itu karena mereka tidak suka, itulah sebabnya saya perlu menanyakannya".
Om William pun tertegun sejenak sambil mengangguk-angguk tanda setuju.

"Pastikan apapun perbuatan dan hasil hari ini lebih baik dari hari-hari sebelumnya"

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com



Kamis, 29 November 2012

Ini Pun Akan Berlalu

Alkisah, ada seorang pengrajin emas yang sudah berumur dan terkenal di negeri itu. Selain keterampilan dan kehalusannya dalam membuat perhiasan, dia pun terkenal dengan kebijaksanaannya. Perhiasan yang dibuat acapkali dilatarbelakangi dengan cerita yang berpesan kemoralan.

Suatu hari, Raja menitahkan si pengrajin emas untuk datang menghadap.

"Paman pengrajin. Buatkan sebuah cincin untuk rajamu ini. Selain indah bentuknya, paman harus menuliskan pesan di dalam cincin itu," sabda baginda.
 
"Siap baginda raja. Kalau boleh tahu, apakah yang harus hamba tulis di cincin itu?" tanya si pengrajin dengan bangga karena kepercayaan baginda raja yang akan memakai cincin buatannya.
 
"Paman terkenal sebagai pengrajin emas yang hebat dan juga bijaksana. Nah..tuliskan di cincin itu, sesuatu yang bisa disimpulkan dari seluruh pengalaman dan perjalanan hidup paman. Agar rajamu ini bisa menjadikannya sebagai pelajaran penting dalam kehidupan mendatang. Jelas kan? Pulang dan kerjakan sebaik-baiknya. Raja akan memberikan hadiah yang bernilai bila paman berhasil memenuhi pesanan. Tapi bila tidak, ganjaran yang akan paman dapatkan!"

Sebulan kemudian, cincin yang indah dan berkilauan telah selesai dikerjakan. Dan yang kurang adalah tulisan yang diminta oleh sang Raja. Siang-malam saat mengerjakan pesanan Raja, pikirannya juga sibuk memikiran tulisan di cincin. Melewati perenungan, puasa dan doa, perlahan, huruf demi huruf diukir dengan indah di cincin emas itu hingga membentuk sebuah kalimat pendek.
 
Dengan keingintahuan yang besar, sang Raja melihat cincin sebagai sebuah maha karya yang indah dan sangat halus pembuatannya. Terdapat tulisan dengan huruf yang sangat cantik berbunyi: "Ini pun akan berlalu".


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan


sumber: www.AndrieWongso.com

Rabu, 28 November 2012

Melepaskan Sakit Hati

"No one can make you jealous, angry, vengeful, or greedy - unless you let him. - Tak seorangpun membuat Anda cemburu, marah, mendendam, atau rakus - kecuali Anda mengijinkannya."
Napoleon Hill

Dalam pergaulan sehari-hari wajar jika kita tidak selalu bersanding dengan kemesraan bersama teman-teman maupun keluarga, kerabat, kolega bisnis dan lain sebagainya. Ada kalanya terjadi benturan kecil atau besar. Tak jarang kita juga bertemu dengan orang-orang yang bersikap negatif, misalnya senang menghina, ikut campur urusan pribadi, memotong pembicaraan, merusak kebahagiaan, menghancurkan impian, senang menertawakan merendahkan dan lain sebagainya. Benturan-benturan maupun sikap negatif tersebut dapat menimbulkan sakit hati yang luar biasa.

Tidak semua orang di antara kita berjiwa besar untuk melepaskan sakit hati tersebut. Meskipun demikian, usahakan untuk melepaskan sakit itu secepat mungkin sebelum meracuni jiwa kita. Pengalaman di sepanjang hidup saya memberikan pelajaran berharga bahwa memelihara sakit hati hanya menimbulkan kerugian dan kesulitan belaka.

Sebuah kisah berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran yang lebih jelas betapa tidak enaknya menyimpan rasa sakit hati. Dikisahkan tentang seorang guru yang memberikan tugas cukup unik kepada para anak didiknya untuk mata pelajaran budi pekerti. Hari itu siswanya di kelas 3 SD diminta untuk memasukkan kentang kedalam sebuah kantong plastik, sesuai dengan jumlah orang yang tidak disukai. Jika siswa membenci banyak orang, maka semakin banyak pula kentang yang ia masukkan kedalam plastiknya.

Tugas selanjutnya adalah para siswa diwajibkan membawa kentang-kentang tersebut kemanapun mereka pergi selama satu minggu. Hari pertama, kedua dan ketiga para siswa masih belum banyak mengeluh. Tetapi menginjak hari ke-4 sampai hari ke-6, hampir seluruh siswa itu mengeluh, karena merasa sangat tersiksa membawa beban yang cukup berat apalagi kentang-kentang itu mulai membusuk dan berbau. Setelah satu minggu barulah kentang-kentang itu dilepaskan, murid-murid itupun merasa sangat lega.

Kisah tersebut mengisyaratkan alangkah ruginya menyimpan rasa sakit hati terus menerus. Salah satunya mungkin sakit hati itu menyebabkan tubuh kita menjadi cepat letih dan sakit. Selanjutnya, menyimpan rasa sakit hati dapat menghambat upaya kita mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi dan usaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Sebaliknya, bila kita berbesar hati melepaskan sakit hati itu maka kita akan lebih mudah memetik manfaat darinya. Meskipun usaha itu tidak mudah, tetapi selama Anda berkemauan maka tidak akan ada yang sulit. Semoga beberapa tips berikut ini memudahkan usaha Anda melepaskan diri dari rasa sakit hati.

Berbicara tentang upaya melepaskan diri dari sakit hati tentunya kita harus terlebih dahulu menjernihkan hati kita agar dapat memandang persoalan dengan jernih pula. Koreksilah diri sendiri, bersihkan hati dari kotoran temasuk iri, dengki, sirik, pelit, culas dan lain sebagainya. Pastikan bukan diri Anda sebenarnya yang keliru atau terlalu sensitif, sehingga orang lain berbuat sesuatu yang wajar saja tetapi bagi Anda sudah menyakitkan hati.

Bila hati nurani sudah dapat memastikan tidak ada yang salah dalam diri Anda, maka cara yang dapat Anda tempuh untuk melepaskan sakit adalah tersenyum tulus dan selalu menampilkan wajah ceria untuk melepaskan sakit hati terhadap orang yang sudah menyakiti hati Anda. Karena tanpa mereka sadari sebenarnya sikap buruk mereka justru mengasah hati nurani Anda semakin tajam. Anda sudah merasakan betapa tidak enaknya dihina, dihasut, difitnah, dimanfaatkan dan lain sebagainya, sehingga Anda tidak akan berani melakukan sikap buruk yang sama. Secara tidak langsung mereka sudah menyebabkan kebaikan-kebaikan di dalam hati nurani Anda semakin indah terpancar dalam sikap maupun perbuatan Anda.

Berusahalah bersikap manis sebagai bentuk terima kasih kepada orang yang sudah menyebabkan Anda sakit hati. Bagaimanapun juga mereka sudah menginspirasi Anda untuk mendidik diri sendiri maupun keturunan Anda untuk tidak melakukan sikap serupa. Sehingga diri Anda maupun keturunan Anda nanti lebih terkontrol untuk tidak berbuat sesuatu yang dapat menyakiti orang lain.

Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa orang-orang yang sudah menyakiti hati Anda itu memiliki andil yang sangat besar membesarkan tekad dan kemampuan Anda. Mereka sudah membuat Anda memiliki pribadi yang kuat dan sabar. Sehingga Anda tidak mudah goyah menghadapi situasi sesulit apapun dalam upaya mengejar cita-cita dan menjadi orang yang hebat.

Ini pengalaman pribadi ketika saya bekerja di sebuah perusahaan di Malaysia belasan tahun yang lalu. Seseorang sudah berbuat culas, sehingga karir dan investasi yang saya bangun dengan susah payah hancur lebur tak bersisa dalam sekejap mata. Terus terang waktu itu saya sangat terpukul dan sakit hati atas perbuatannya.

Cukup lama saya menyimpan rasa sakit hati pada atasan saya tersebut. Tetapi kemudian saya berpikir alangkah bodohnya membiarkan kebencian merasuki pikiran saya. Susah payah saya merasakan sakitnya hati, sedangkan dia tidak ikut merasakan penderitaan saya.

Sejak saat itu saya bertekad untuk melupakan semua kenangan buruk dengan menumpahkan seluruh kekesalan pada selembar kertas lalu membakarnya. Saya bertekad bahwa kebencian saya harus lenyap seperti hancurnya kertas itu dimakan api. Memori akan perlakuan buruk itu saya jadikan semangat untuk memperbaiki keadaan, membangun usaha sampai akhirnya saya memiliki bisnis seperti sekarang ini.

Saya ingin menyimpulkan bahwa solusi paling tepat untuk melepaskan sakit hati sebenarnya hanyalah mengubah api kebencian itu menjadi api semangat untuk berbenah diri. Lepaskanlah sakit hati agar langkah Anda semakin ringan untuk mengejar impian yang lebih besar dan berarti dalam hidup Anda. Melepaskan sakit hati memungkinkan Anda menjadi manusia lebih baik dan hebat.

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

sumber: www.AndrieWongso.com

Selasa, 27 November 2012

Create I'm Possible Moment

"You are what you believe." Kita dan segenap kemampuan kita, hanyalah dibatasi oleh keyakinan kita kepada diri sendiri. Dari catatan sejarah kita juga bisa melihat, dalam olahraga atletik misalnya, manusia dalam waktu yang sangat panjang pernah terkungkung oleh mitos "The four-minute mile." Pada masa itu, seluruh manusia begitu yakin bahwa tidak akan pernah ada satu pun manusia yang mampu lari sejauh 1 mil (1.760 meter) dalam waktu di bawah 4 menit.

Tetapi apa yang terjadi? Pada tanggal 6 Mei 1954, Roger Banister berhasil menembus waktu 3 menit 59,6 detik. Sebuah momentum yang menjadi "Permission Granted," dan berhasil mengubah keyakinan umat manusia. Tak heran kalau dalam 4 tahun sejak Banister berhasil memecahkan mitos, ada 40 orang lain yang berhasil lari di bawah waktu 4 menit.
 
KESIMPULAN: Ternyata batas pemisah antara kejayaan dan kekalahan bukanlah sesuatu yang solid, kokoh, bahkan keras dan tebal. Pembatas itu ternyata hanyalah "persepsi" bahwa suatu impian itu mungkin atau mustahil diwujudkan! Jadi, meski barangkali jalan yang akan Anda lewati terlihat begitu sulit & tampak mustahil, bahkan seandainya saat ini Anda sudah nyaris jatuh, jangan pernah mau menyerah. Never ever give up! Ingat: jarak antara kemenangan dan kejayaan yang Anda inginkan, hanya terpisah sekat "setipis kulit ari" dari tempat di mana Anda tergoda ingin menyerah kalah.
Mari, ubah pikiran impossible dengan teriakan lantang... I'm possible!


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan


Sumber: www.AndrieWongso.com

Senin, 26 November 2012

Kebiasaan Berterima Kasih

Kalimat sederhana "terima kasih" yang diucapkan dengan tulus dan ikhlas pada siapa pun yang telah membantu, mendukung, atau mendorong kita untuk meraih hasil terbaik dalam keseharian akan membuahkan lebih banyak kebaikan. Sebab, dengan ketulusan yang kita ungkapkan, ucapan terima kasih akan membuahkan kebahagiaan, bukan sekadar pada orang yang kita berikan ucapan, tapi juga pada orang lain yang ada di sekelilingnya.

Ibarat jalinan tali-temali, satu ucapan terima kasih yang tulus, akan membuat orang semangat dan senang. Hal ini akan menular kepada orang di sekelilingnya. Hingga, "rantai" saling bantu dan saling dukung tak berhenti pada satu pihak saja, tapi terus membentuk satu jalinan utuh kebahagiaan yang akan terus bergulir bagai bola salju.


Mari, biasakan mengucapkan terima kasih sebagai ungkapan rasa syukur. Berikan dengan tulus, sampaikan dengan kasih sayang. Maka, kekuatan jalinan kebahagiaan dalam syukur yang kita ungkap akan terus menular dan membawa lebih banyak keberkahan.

Jadi, sudahkah kita mengucapkan terima kasih pada orang yang kita cintai hari ini? 


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan


Sumber: www.AndrieWongso.com

Kamis, 22 November 2012

Mantan Terbaik

Unjuk kebolehan dengan memamerkan otot di atas ring tinju menjadi tontonan olahraga yang menarik bagi yang melihatnya langsung maupun dari layar kaca. Tapi, akan menjadi menyeramkan jika memamerkan otot dengan tujuan yang tidak jelas dan sudah pasti bukan untuk olahraga. Terutama bagi kawula muda yang sering "pamer otot" di jalanan. Masih ingat kejadian tawuran SESAMA pelajar SMA yang baru-baru ini diberitakan oleh banyak media? Entah apa yang diperdebatkan dan diperebutkan, mereka tidak segan-segan untuk melakukan aksi saling menyerang. Tidak hanya adu mulut dengan mengucapkan kata-kata sarkasme, mereka bahkan berani untuk adu fisik. Hingga mereka juga berani untuk melakukan aksi "senggol bacok".

Kejadian yang terjadi di kawasan ibukota ini mengakibatkan banyak pelajar yang mengalami luka-luka dan salah satunya ada yang meninggal dunia. Miris memang. Tapi inilah yang terjadi. Perang antar pelajar SMA dan STM ini sudah menjadi tradisi dari generasi-generasi sebelumnya. Tradisi buruk ini sempat mengalami hilang timbul. Kemudian di tahun ini muncul kembali sampai memakan korban. Anehnya, kejadian ini melibatkan SMA yang notabene merupakan sekolah unggulan. Banyak faktor yang memicu pelajar-pelajar SMA bersikap seperti ini. Dan yang menjadi kambing hitamnya tentu kurangnya perhatian dari keluarga atau bisa juga kurang tegasnya pihak sekolah. Faktor-faktor lainnya merupakan hasil dari pergaulan.Masa-masa SMA bisa dibilang sebagai masa emas seorang remaja. Dimana mereka memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri untuk mencari jati diri. Rata-rata mereka lebih senang bergaul di lingkungan luar. Jika terlalu banyak bergaul dengan lingkungan yang negatif, peluang seseorang untuk melakukan hal yang negatif pun besar. Sangat disayangkan jika mereka menuangkannya ke dalam hal yang negatif. Salah satunya dengan mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Diluar hal itu, sebenarnya banyak cara positif yang bisa dipilih sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Misalnya, mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu yang positif seperti tergabung dalam sebuah organisasi di sekolah atau luar sekolah atau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang di fasilitasi oleh sekolah. Kreativitas bisa datang darimana saja. Bagi siswa siswi yang sudah memiliki cita-cita untuk jadi pengusaha mungkin bisa memulai dari bangku SMA. Dengan membangun usaha kreatif kecil-kecilan dan menggaet teman-teman sekitar sebagai konsumen. Hitung-hitung sambil mengasah kapasitas diri dalam berbisnis dan bisa menambah pengalaman untuk ke depannya nanti dalam membangun bisnis yang lebih besar lagi. Apalagi sekarang-sekarang ini banyak lembaga yang mulai mendukung kegiatan wirausaha sejak dini. Motivasi ini juga dapat bermanfaat untuk memajukan bangsa Indonesia seperti apa yang dikatakan oleh Bpk. Hatta Rajasa saat halal bihalal di Bandung. Beliau memiliki Master Plan untuk memajukan perekonomian Indonesia dan memberantas angka kemiskinan di tahun 2025. Salah satunya dari para pengusaha-pengusaha yang turut serta dalam memajukan perekonomian Indonesia. Kurang lebih Indonesia membutuhkan 2% pengusaha dari jumlah penduduk di Indonesia. Saat ini, angka wiraswasta di Indonesia masih kurang dari 1%.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita patut memikirkan hal tersebut. Apalagi sebagai siswa yang terpelajar. Tidak ada salahnya kita mulai memikirkan tentang kesuksesan sejak dini. Disaat terlintas pikiran tersebut, alangkah baiknya jika langsung mempraktekannya. Untuk apa menuangkan hal-hal negatif di masa-masa sekolah? Bukannya catatan prestasi yang diraih melainkan catatan kriminal yang di koleksi.

FYI, bagi yang memikirkan eksistensi coba baca statement ini "Eksistensi tidak hanya untuk orang-orang yang suka gelut bahkan tawuran. Jika ingin tampil macho dan pamer otot, lebih baik di ring tinju dan ikuti pelatihan dengan komite tinju". Hal ini tidak menutup kemungkinan orang yang terlibat dalam tawuran. Peluang menjadi "Mantan Preman" masih terbuka andaikan ada kemauan dan mau melakukan perubahan. Mantan terbaik adalah "Mantan Preman" sedangkan mantan terburuk adalah ketika menjadi "Mantan Siswa Berprestasi". Tidak ada salahnya berubah dari buruk menjadi baik. Tuhan juga akan memuliakan orang-orang yang berusaha untuk menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Tuhan tidak akan menutup mata-Nya. Yang diperlukan adalah kesadaran bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang dapat merugikan banyak orang. Orangtua, guru, sekolah dan lingkungan juga akan dicap buruk oleh masyarakat. Jangan berpikir bahwa tidak ada jalan untuk menjadi siswa yang kreatif, jangan takut untuk melakukan kebenaran. Bisa dimulai dari hobi-hobi positif. Dari hobi bisa menghasilkan sesuatu yang dapat dibanggakan. Apalagi sekarang ini sudah banyak program-program yang mendukung wirausaha mandiri sejak dini merupakan kabar gembira untuk di jalani. Banyak usaha-usaha kecil yang awalnya dari buah kreativitas seseorang. Pilih mana? Dikenal sebagai siswa tukang gelut atau siswa tukang bisnis? "Mantan Preman" atau "Mantan Siswa Berprestasi"? 


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan


Sumber: www.axltwentynine.com


 

Rabu, 21 November 2012

Sikap Tanggung Jawab

Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang. Ayah dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari segala macam tanggung jawab.

Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu. Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua itu. Lagian, untuk apa dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal.

Ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan anak tunggal mereka. Walaupun tahu bahwa seringnya memanjakan anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si anak? Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut.

Suatu hari, atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari, pagi itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata kasar, "Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati kelaparan di sekolah ya?"
Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk apa uang saku, toh nanti habis lagi?"

Demikian pula saat sarapan pagi, dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya? Aku buru-buru mau ke sekolah."
"Untuk apa makan? Toh nanti lapar lagi?" jawab si ibu tenang.

Sambil kebingungan, si anak berangkat ke sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia merasa tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.

Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata, "Anakku. Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur. Setelah itu, ada tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan kotor. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya dan akan terus begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari harus mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan ini itu karena dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti."
Si anak menganggukkan kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."

Sikap Tanggung Jawab

Dalam kehidupan, kita selalu memikul tanggung jawab. Sedari kecil, remaja, dewasa, hingga tua, kita akan terus menerus melakukan aktivitas-aktivitas kecil maupun besar sebagai bentuk kewajiban yang kita emban. Dan, jika kita mengabaikannya, dampak negatif akan kita rasakan.
Karena itu, hanya dengan selalu melakukan kebiasaan positif, dengan kesadaran penuh dan dilakukan secara terus menerus, maka sikap tanggung jawab akan menjadi ciri khas kita yang dapat membawa diri pada kehidupan yang lebih baik dan lebih bermutu.


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan


Sumber: www.AndrieWongso.com

Selasa, 20 November 2012

Selembar Cek


Di sebuah keluarga, tinggallah seorang ayah dengan putra tunggalnya yang sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa tahun yang lalu telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki kesamaan minat yakni mengikuti perkembangan produk otomotif.

Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah mencukupi, kira-kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli. Sambil bersenda gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil impian mereka.

Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam hati, "Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah kelulusanku. Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan alangkah hebatnya bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara ke kantor dengan mobil baru," harapnya dengan senang. Membayangkan dirinya memakai baju rapi berdasi, mengendarai mobil ke kantor.

Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah kitab suci di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap terima kasih tetapi hatinya sungguh kecewa. "Bukannya aku tidak menghargai hadiah dari ayah, tetapi alangkah senangnya bila isi kotak itu adalah kunci mobil," ucapnya dalam hati sambil menaruh kitab suci kembali ke kotaknya.

Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan, tak lama si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan kepada putranya.

Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-barang, mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya yang tergeletak berdebu di pojok lemari. Dia teringat itu hadiah ayahnya saat wisuda yang diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak penutup, dan untuk pertama kalinya kitab suci hadiah pemberian si ayah dibacanya.

Saat membaca, tiba-tiba sehelai kertas terjatuh dari selipan kitab suci. Alangkah terkejutnya dia. Ternyata isinya selembar cek dengan nominal sebesar harga mobil yang diinginkan dan tertera tanggalnya persis pada hari wisudanya.

Sambil berlinang airmata, dia pun tersadar. Terjawab sudah, kenapa mobil kesayangan ayahnya dijual. Ternyata untuk menggenapi harga mobil yang hendak dihadiahkan kepadanya di hari wisuda. Segera ia pun bersimpuh dengan memanjatkan doa, "Ayah maafkan anakmu yang tidak menghargai hadiahmu …. Walau terlambat, hadiah Ayah telah kuterima…… Terima kasih Ayah.. Semoga Ayah berbahagia di sisiNYA, amin".

Tidak jarang para orang tua memberi perhatian dengan alasan dan caranya masing-masing. Tetapi dalam kenyataan hidup, karena kemudaan usia anak dan emosi yang belum dewasa, seringkali terjadi kesalahfahaman pada anak dalam menerjemahkan perhatian orang tua.

Jangan cepat menghakimi sekiranya harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya tidak menjadikan kita manja hingga selalu menuntut permintaan.

Mari belajar menjadi anak yang pandai menghargai setiap perhatian orang tua. 


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com