Kamis, 22 November 2012

Mantan Terbaik

Unjuk kebolehan dengan memamerkan otot di atas ring tinju menjadi tontonan olahraga yang menarik bagi yang melihatnya langsung maupun dari layar kaca. Tapi, akan menjadi menyeramkan jika memamerkan otot dengan tujuan yang tidak jelas dan sudah pasti bukan untuk olahraga. Terutama bagi kawula muda yang sering "pamer otot" di jalanan. Masih ingat kejadian tawuran SESAMA pelajar SMA yang baru-baru ini diberitakan oleh banyak media? Entah apa yang diperdebatkan dan diperebutkan, mereka tidak segan-segan untuk melakukan aksi saling menyerang. Tidak hanya adu mulut dengan mengucapkan kata-kata sarkasme, mereka bahkan berani untuk adu fisik. Hingga mereka juga berani untuk melakukan aksi "senggol bacok".

Kejadian yang terjadi di kawasan ibukota ini mengakibatkan banyak pelajar yang mengalami luka-luka dan salah satunya ada yang meninggal dunia. Miris memang. Tapi inilah yang terjadi. Perang antar pelajar SMA dan STM ini sudah menjadi tradisi dari generasi-generasi sebelumnya. Tradisi buruk ini sempat mengalami hilang timbul. Kemudian di tahun ini muncul kembali sampai memakan korban. Anehnya, kejadian ini melibatkan SMA yang notabene merupakan sekolah unggulan. Banyak faktor yang memicu pelajar-pelajar SMA bersikap seperti ini. Dan yang menjadi kambing hitamnya tentu kurangnya perhatian dari keluarga atau bisa juga kurang tegasnya pihak sekolah. Faktor-faktor lainnya merupakan hasil dari pergaulan.Masa-masa SMA bisa dibilang sebagai masa emas seorang remaja. Dimana mereka memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri untuk mencari jati diri. Rata-rata mereka lebih senang bergaul di lingkungan luar. Jika terlalu banyak bergaul dengan lingkungan yang negatif, peluang seseorang untuk melakukan hal yang negatif pun besar. Sangat disayangkan jika mereka menuangkannya ke dalam hal yang negatif. Salah satunya dengan mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Diluar hal itu, sebenarnya banyak cara positif yang bisa dipilih sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Misalnya, mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan sesuatu yang positif seperti tergabung dalam sebuah organisasi di sekolah atau luar sekolah atau mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang di fasilitasi oleh sekolah. Kreativitas bisa datang darimana saja. Bagi siswa siswi yang sudah memiliki cita-cita untuk jadi pengusaha mungkin bisa memulai dari bangku SMA. Dengan membangun usaha kreatif kecil-kecilan dan menggaet teman-teman sekitar sebagai konsumen. Hitung-hitung sambil mengasah kapasitas diri dalam berbisnis dan bisa menambah pengalaman untuk ke depannya nanti dalam membangun bisnis yang lebih besar lagi. Apalagi sekarang-sekarang ini banyak lembaga yang mulai mendukung kegiatan wirausaha sejak dini. Motivasi ini juga dapat bermanfaat untuk memajukan bangsa Indonesia seperti apa yang dikatakan oleh Bpk. Hatta Rajasa saat halal bihalal di Bandung. Beliau memiliki Master Plan untuk memajukan perekonomian Indonesia dan memberantas angka kemiskinan di tahun 2025. Salah satunya dari para pengusaha-pengusaha yang turut serta dalam memajukan perekonomian Indonesia. Kurang lebih Indonesia membutuhkan 2% pengusaha dari jumlah penduduk di Indonesia. Saat ini, angka wiraswasta di Indonesia masih kurang dari 1%.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita patut memikirkan hal tersebut. Apalagi sebagai siswa yang terpelajar. Tidak ada salahnya kita mulai memikirkan tentang kesuksesan sejak dini. Disaat terlintas pikiran tersebut, alangkah baiknya jika langsung mempraktekannya. Untuk apa menuangkan hal-hal negatif di masa-masa sekolah? Bukannya catatan prestasi yang diraih melainkan catatan kriminal yang di koleksi.

FYI, bagi yang memikirkan eksistensi coba baca statement ini "Eksistensi tidak hanya untuk orang-orang yang suka gelut bahkan tawuran. Jika ingin tampil macho dan pamer otot, lebih baik di ring tinju dan ikuti pelatihan dengan komite tinju". Hal ini tidak menutup kemungkinan orang yang terlibat dalam tawuran. Peluang menjadi "Mantan Preman" masih terbuka andaikan ada kemauan dan mau melakukan perubahan. Mantan terbaik adalah "Mantan Preman" sedangkan mantan terburuk adalah ketika menjadi "Mantan Siswa Berprestasi". Tidak ada salahnya berubah dari buruk menjadi baik. Tuhan juga akan memuliakan orang-orang yang berusaha untuk menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Tuhan tidak akan menutup mata-Nya. Yang diperlukan adalah kesadaran bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang dapat merugikan banyak orang. Orangtua, guru, sekolah dan lingkungan juga akan dicap buruk oleh masyarakat. Jangan berpikir bahwa tidak ada jalan untuk menjadi siswa yang kreatif, jangan takut untuk melakukan kebenaran. Bisa dimulai dari hobi-hobi positif. Dari hobi bisa menghasilkan sesuatu yang dapat dibanggakan. Apalagi sekarang ini sudah banyak program-program yang mendukung wirausaha mandiri sejak dini merupakan kabar gembira untuk di jalani. Banyak usaha-usaha kecil yang awalnya dari buah kreativitas seseorang. Pilih mana? Dikenal sebagai siswa tukang gelut atau siswa tukang bisnis? "Mantan Preman" atau "Mantan Siswa Berprestasi"? 


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan


Sumber: www.axltwentynine.com


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar