Saya yakin hampir semua di antara kita pernah, bahkan sering, membeli
kopi di toko kopi yang hampir dapat kita jumpai di setiap mal/pusat
perbelanjaan. Baik itu kita memang suka mengonsumsi kopi, sekedar
bersantai di gerai kopi, ataupun hanya mencoba.
Bagi penggemar kopi pahit, rasa pahit dan aroma dari kopi tersebut tentu
akan memberikan suatu kenikmatan yang khas. Namun bagi yang bukan
penggemar kopi pahit, tentu hal ini menjadi hal yang sangat-sangat tidak
menyenangkan bagi lidah mereka. Kebanyakan di antara orang-orang yang
tidak menyukai kopi pahit dan pertama kali mencoba membeli kopi pahit,
mereka akan kaget dengan pahitnya kopi tersebut, dan hampir semua dari
orang tersebut, hampir dipastikan akan melakukan reaksi berupa
menambahkan gula pada kopinya, dengan harapan kopi tersebut akan menjadi
manis dan sesuai dengan selera lidah mereka.
Namun apakah yang terjadi demikian? Tidak. Kopi pahit yang mereka coba
tidak berubah menjadi pahit. Tapi menjadi kopi pahit, yang juga manis.
Rasanya akan menjadi semakin aneh dan semakin tidak menyenangkan di
lidah. Bahkan cenderung mengundang lambung untuk memuntahkan isi perut.
Namun yang ingin disampaikan dari artikel ini adalah pembelajaran dari
fenomena tersebut, di mana menambahkan gula pada kopi yang pahit,
bukanlah tindakan yang tepat untuk membuat kopi menjadi manis.
Menambahkan gula ke dalam kopi yang pahit hanya akan menjadikan rasa
dari kopi tersebut semakin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Jadi, ketika kita mendapat rasa kopi yang tidak sesuai dengan keinginan
kita, menambahkan unsur lain (seperti gula, susu, ataupun hal lainya)
dengan harapan rasa pahitnya akan hilang, hal itu jelas bukanlah
tindakan yang tepat. Ada 2 hal yang dapat Anda lakukan untuk mendapat
rasa kopi lain sesuai apa yang Anda inginkan:
1. Meminum habis kopi tersebut, kemudian menuangkan atau memasukkan kopi/minuman lain yang rasanya sesuai selera.
2. Membuang kopi pahit tersebut, kemudian menuangkan kopi/minuman lain yang sesuai dengan selera.
Telepas dari perbedaan prinsip dari kedua tindakan tersebut, yang pasti
kedua tindakan ini pada prinsipnya memiliki fungsi dan tujuan yang sama,
yaitu mengosongkan wadah, dan mengisinya dengan yang baru.
Tidak ada yang salah dari kedua tindakan tersebut, yang penting adalah
jangan menyayangkan/menyesali materi/pengorbanan yang dikorbankan untuk
membeli kepahitan tersebut. Lepaskan saja tanpa ada keterikatan.
Syukurilah kepahitan tersebut, karena dari kepahitan tersebut setidaknya
Anda tahu rasa rasa pahit itu sendiri.
Selayaknya seseorang yang kecewa dengan kopi yang dia beli karena
ternyata pahit, tidak enak di lidah, tidak sesuai dengan harapanya,
bahkan malah membuat ingin muntah, begitupun dalam hidup kita, terkadang
kita dihadapkan pada kenyataan/kejadian/keputusan yang tidak kita
sukai, tidak kita harapkan, bahkan sangat menyakitkan buat kita.
Ketika kita masih belum bisa menerimanya, masih menyimpan kebencian,
kesakitan, dan kedengkian di hati kita, kita terkadang malah berusaha
memasukkan hal-hal lain ke hati kita dengan cara melakukan hal-hal
gegabah sebagai pelampiasan. Bukan kebahagiaan yang didapat, malah
penyesalan yang kita dapatkan.
Ketika kita belum bisa menerima semuanya, masih akan terdapat kebencian,
kedengkian, dan kesakitan dalam hati. Apapun yang Anda lakukan untuk
menghilangkanya tidak berbeda seperti memasukan gula ke kopi pahit tadi.
Untuk itu, kita harus menerima dan mengampuni segala sesuatunya terlebih dahulu, tidak berbeda seperti mengosongkan gelas untuk diisi kembali. Ketika
Anda menerima, melepaskan, dan mengampuni semuanya, Anda sudah
mengosongkan hati Anda, dan siap untuk menampung kebaikan yang sudah
menanti.
Salam SuksesMulia!
By: @AryAgrahwan
Sumber: www.AndrieWongso.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar