Kamis, 20 Desember 2012

The Billionaire

Film The Billionaire diangkat dari kisah nyata seorang pengusaha muda bernama Top Ittipat. Saat film ini beredar, Ittipat berusia 26 tahun. Siapa yang menyangka bahwa Ittipat adalah seorang pecandu game online saat dia berusia 16 tahun?

Saat gurunya sedang menjelaskan pelajaran, Ittipat sibuk bermain game online. Jumlah komputer di kamarnya lebih dari 3, dan semuanya dipergunakan untuk main game online. Saat ia berusia 17 tahun, ia berhenti sekolah dan menjadi penjaja kacang, dibantu oleh pamannya yang sudah separuh baya. Usahanya tidak begitu lancar, ada saja masalah yang menghampiri usaha anak muda tersebut. Orangtuanya pun khawatir dengan masa depan anak bungsunya tersebut.
Saat ia berusia 18 tahun, keluarganya bangkrut dan meninggalkan hutang sebesar 40 juta baht. Papa dan mamanya memutuskan untuk meninggalkan Thailand, tetapi Ittipat meminta untuk tetap tinggal. 

***
 
Saat berusia 19 tahun, Ittipat berhasil menciptakan camilan rumput laut goreng "Tao Kae Noi" (Pengusaha Muda) yang saat ini dijual di 3.000 cabang 7-Eleven (mini market) di Thailand. Tapi tidak semudah itu ia mencapai kesuksesan! Ia menghabiskan beratus-ratus ribu baht untuk menciptakan cemilan ini, hingga suatu hari pamannya terjatuh dan masuk RS, dan dari musibah itulah, ia mendapat titik cerah untuk menciptakan camilan rumput laut goreng.
 
Awalnya ia menjual produknya di counter di pusat perbelanjaan. Lalu ia mencoba untuk menawarkan produknya ke 7-Eleven. Kunjungan demi kunjungan ia ditolak karena kemasan, harga, dan lain sebagainya. Dengan tekad yang pantang menyerah, ia mengubah desain kemasan dengan bantuan seorang designer. Ia dengan semangat kembali ke 7-Eleven, tetapi penantiannya tidak mendapat respon. Lalu, ia memberikan sample produknya kepada satpam penjaga di sana. Dan ternyata produknya diambil oleh beberapa karyawan di gedung itu. 

Di saat ia merasa ingin putus asa, tiba-tiba ia di hubungi oleh pihak 7-Eleven karena produknya diterima. Tetapi, ia harus mempunyai sebuah pabrik. Selama ini ia menggoreng rumput lautnya hanya di sebuah dapur kecil bersama Pamannya. Lalu ia teringat keluarganya masih mempunyai sebuah kantor kecil. Maka ia merenovasi kantor tersebut menjadi sebuah pabrik agar ia bisa lolos kualifikasi. 

Pada akhirnya, kerja keras dan semangatnya berbuah hasil. Setelah 2 tahun, ia berhasil membayar hutang keluarganya dan berhasil mengambil kembali rumah yang selama ini mereka tinggali bersama kedua orangtuanya. 

Ittipat dan produk rumput laut goreng ciptaannya 
 


Kisah nyata yang sungguh memberikan inspirasi kepada saya pribadi, dan semoga juga memberikan inspirasi kepada semua pembaca. Perjalanan dia menuju sebuah kesuksesan penuh dengan masalah hinggal ia terjatuh berkali-kali, mengalami musibah bertubi-tubi, hingga ia harus berpisah dengan orangtuanya. Semua yang dialami, tidaklah mudah untuk dilewati. Tetapi, disaat ia berhasil melewati itu semua, ia menuai hasil dari kerja kerasnya, bahkan berlipat-lipat ganda. Luar biasa! 
 
 
Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Rabu, 19 Desember 2012

When You Do Not Give Up, You Can Not Fail

Derek Redmond (atlet Inggris kelahiran tahun 1965) mengikuti lomba lari cepat 400 meter di Olimpiade Barcelona, 1992. Lomba pun di mulai dan semua peserta termasuk Derek, berlari dan berusaha untuk mencapai posisi pertama. Tetapi, di saat menempuh jarak 150 meter, Derek tiba-tiba merasakan sakit pada kakinya, ia merasa kakinya seperti terbakar. Ia terjatuh dan lututnya terluka. Ia terdiam di tempat, sedangkan peserta lainnya sudah jauh meninggalkannya.
Tidak ingin menyerah, dan bertekad untuk menyelesaikan perlombaan tersebut, ia bangkit dan melanjutkan lombanya. Dengan langkah yang tidak sempurna, dan menahan sakitnya, ia terus berusaha untuk melanjutkan lomba itu. Tiba-tiba, seorang pria memasuki area lomba dengan menerobos petugas keamanan dan lari mendekati Derek. Pria tersebut mendekati dan merangkul Derek. Lalu Derek menangis dan memeluk pria tersebut, yang ternyata adalah ayahnya.
 
"Kamu tidak perlu melakukan hal seperti ini," katanya pada putranya.
"Ya, saya perlu", balas Derek.
"Yah kalau begitu, mari kita selesaikan bersama!"
Bersama-sama, ayah dan anaknya melanjutkan perlombaan itu.
Ketika jarak tinggal sedikit lagi untuk mencapai garis finish, sang ayah membiarkan Derek untuk menyelesaikan perlombaan tersebut. Di saat Derek menyelesaikan lomba tersebut dengan melewati garis finish, lebih dari 65.000 penonton berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Derek dan ayahnya. 
 
***  

Kisah pelari yang sangat menginspirasi. Hidup kita bagaikan perlombaan tersebut. Tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Di saat kesulitan menghampiri, apa yang anda lakukan? Menyerah dan tidak menyelesaikan perjalananmu atau bangkit walaupun terjatuh dan terluka?
Tidak mudah memang, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Derek bisa saja menyerah karena kesakitan, kelihatannya tidak mungkin untuk menyelesaikan lomba itu dalam keadaan kaki yang kesakitan; dia pun sudah tertinggal jauh oleh pelari yang lain. Tetapi, Derek tidak memilih untuk menyerah, dengan menahan kesakitan, ia tetap berusaha untuk menyelesaikan lomba tersebut. Ia tidak peduli kalah atau menang, tetapi ia hanya ingin menyelesaikan lomba tersebut.

Dan dukungan sang Ayah yang tidak berbicara banyak namun kehadirannya memberitahu kepada Derek bahwa ayahnya ada untuknya dan memberikan dorongan kepadanya. Itu menjadi sebuah kekuatan bagi Derek untuk lebih semangat lagi menyelesaikan lomba tersebut.
 
Semangat Derek yang tidak memilih untuk menyerah memberikan inspirasi kepada kita, khususnya dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Derek tidak menginginkan sebuah kekalahan, begitu juga dengan kita. Tetapi, sekali lagi, tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita. Tetapi, itu tidak berarti kita gagal. Karena di saat kita memilih untuk tidak menyerah, kita tidak gagal.
Things don\'t always work out the way you\'d like, but, when you don\'t give up, you can not fail!!


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Selasa, 18 Desember 2012

Kisah Si Tikus Desa

Alkisah, ada dua ekor tikus bersahabat. Karena keadaan, yang satu tinggal di desa sedangkan yang lain tinggal di kota. Suatu hari, tikus kota berkunjung ke desa sahabatnya. Oleh tikus desa, tikus kota dibawa keliling desanya, disuguhi makanan terbaik ala desa sambil bercerita, "Sahabat, desaku memang sepi tetapi hawanya begitu sejuk dan suasananya damai. Makanan pun tersedia dimana-mana di sepanjang lumbung pak tani. Bagaimana menurut pendapatmu?"

Dengan gaya perkotaannya tikus kota menjawab, "Jujur saja sobat, aku sungguh tidak mengerti kenapa kamu betah tinggal di tempat seperti ini. Begitu sepi, dingin, dan seakan-akan tidak ada kehidupan yang berarti. Makanan terbaikmu, rasanya pun juga terlalu hambar bagi lidahku. Sekali waktu datanglah ke kota. Aku akan tunjukkan kepadamu kehidupan yang layak, nikmat, mewah, dan megah. Engkau akan tahu betapa jelek, kotor, dan tidak layaknya tempat tinggalmu ini."

Mendengar cerita tentang kota yang begitu menawan, si tikus desa tertarik untuk ikut ke sana. Setibanya mereka di kota, dengan bangga dibawanya tikus serta berkeliling menikmati indahnya gedung-gedung tinggi, lampu-lampu yang menghiasi sepanjang jalan, keramaian manusia dan kendaraan yang berlalu lalang. Hingga akhirnya mereka sampai ke liang lubang di sebuah rumah mewah kediaman manusia.

"Ayo masuklah. Memang rumah majikanku besar, indah, dan selalu hangat di dalamnya, berbeda sekali dengan rumah desamu kan?" Setelah berkeliling, perut pun terasa lapar. Sambil bercakap-cakap, mereka mengendap-endap memasuki ruang makan. Sungguh hebat makanan di atas meja, banyak dan beragam serta memancarkan aroma yang begitu mengundang selera.

Saat hendak menyantap makanan. Tiba-tiba, "gubrak!" terdengar suara daun pintu dibuka dengan kasar disusul dengan teriakan menggelegar dari orang yang datang itu. Tikus kota spontan berbalik arah dan berteriak "Cepat lari, cepat !" sesegera mungkin mereka pun berlari menyelamatkan diri ke lubang pengaman menghindari caci maki dan kemarahan si penghuni rumah.

Dengan jantung yang masih berdegup kencang karena kaget dan ketakutan, si tikus desa berkata tegas, "Aku mau pulang. Seindah dan semegah apapun di kota, di sini bukanlah tempatku. Ternyata desaku yang sepi dan tenang jauh lebih enak untuk tempat tinggalku. Selamat tinggal sahabat."

Kesimpulannya,

Pepatah mengatakan "Rumput tetangga lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri." Kadang kita hidup selalu dengan perbandingkan! Melihat orang lain serasa lebih enak, lebih hebat, lebih kaya, lebih indah dibandingkan diri sendiri. Jika kehebatan orang lain menjadi acuan kita, maka tentulah perasaan tidak bahagia yang senantiasa menyelimuti kita. 

Seperti saat ini, setelah berlebaran di kampung halaman, biasanya terjadi urbanisasi besar-besaran. Kembali ke kota dan banyak yang membawa serta sanak saudara dan teman untuk mengais rejeki di kota. Sesungguhnya, jika kaum muda mau menggali potensi yang ada di kampung halaman mereka masing-masing, maka banyak masalah yang akan terpecahkan. Dan banyak prestasi yang bisa diciptakan, desa menjadi maju dan kota tidak perlu pengap karena bertambahnya penduduk yang tidak sesuai dengan perencanaan kota. Sehingga pemerataan pun terjadi. Dengan demikian kehidupan akan selaras penuh keharmonisan.


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Rabu, 12 Desember 2012

Untung Saya Belum Tahu

Seringkali manusia menduga-duga kalau saja bisa mengetahui masa depan, atau hal-hal yang akan terjadi maka hidup akan berjalan jauh lebih mudah.

Si A mengeluhkan istrinya yang cerewet, si B mengeluhkan pekerjaannya yang "nggak asyik", si C mengeluhkan mengapa dulu menjatuhkan pilihan pada si D yang tampan tapi perilaku sehari-harinya sangat kasar bahkan karena ulah si D dia sampai harus kehilangan dua buah giginya akibat lemparan asbak pada hari Rabu yang kelabu baru-baru lalu.

"Aaah...seandainya saja saya tahu!" Itulah yang selalu menjadi keinginan manusia.

Tapi saya berpikir sebaliknya!

Saya bisa merasakan keajaiban berserah diri dan merasa harus percaya saja pada tuntunan Tuhan yang selalu membuat saya merasakan hati yang tentram, merasakan "gregetnya" sebuah tantangan, merasakan "passion dan semangat" dalam mengejar segala hal yang menjadi IMPIAN SAYA justru karena saya belum tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya atau ganjaran apa yang sedang menanti saya nantinya! Justru karena saya belum tahu apa-apa mengenai "hari esok".

Kalau manusia tahu segalanya atau tahu mengenai hari esok, saya menduga - manusia tidak akan pernah mencapai usia seperti saat ini... Semuanya akan "mati muda" karena menderita gagal jantung akibat insomnia yang akut.

Manusia akan menjadi makhluk yang menderita aneka "over phobia" sehingga tidak akan banyak yang dapat dilakukan untuk mengisi kehidupannya. Sekali lagi, tidak akan banyak yang akan dilakukannya selama hidupnya.

Atau bahkan, manusia merasa menjadi makhluk yang paling super, "petantang-petenteng" bertemperamen sangat panas mencari lawan siapa saja yang "pasti kalah" (karena sudah tahu bakal menang) kalau berani menentang kehendaknya dan paling parahnya lagi tidak merasa memerlukan Tuhan Sang Pemberi dan Sang Pemelihara Kehidupan itu sendiri.

Aahh... Terima kasih Tuhan! Untung Saya Belum Tahu.

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com
 

Senin, 10 Desember 2012

Mickey Mouse Tercipta

Walt Disney ia dilahirkan pada 5 Desember 1901 dan meninggal pada 15 Desember 1966 .

Sebagai seniman Hollywood, ia termasuk salah satu yang tersukses. Melalui berbagai karakter dan film animasi yang dibuatnya ia memenangkan 22 Piala Oscar dari 59 nominasi yang diperolehnya. Salah satu karakter tersuksesnya adalah Mickey Mouse yang juga menjadi maskot perusahaannya, Walt Disney Company.

Mickey Mouse tak langsung dibuat Disney seketika. Pada tahun 1928 Disney Studio memiliki kontrak dengan Universal Studio untuk menyelesaikan serial Oswald the Lucky Rabbit, salah satu serialnya yang sukses. Disney meminta tambahan anggaran. Namun alih-alih  dikabulkan, pihak Universal malah memotong anggarannya 20%. Selain itu, mereka mengancam Disney. Jika tak mau menyelesaikannya, maka Universal akan membuat Oswald sendiri dengan mengandalkan anak buah Disney yang berbelot ke Universal.

Dalam keadaan terjepit akhirnya Disney setuju untuk menyelesaikan kontrak itu mengandalkan animator yang tersisa di antaranya Ub Iwerks, Wilfred Jackson, dan seorang seniman magang, Les Clark. Ia juga merasa perlu mematenkan ciptaannya agar tak dikuasai pihak lain. Untuk itu ia meminta Iwerks menciptakan karakter baru.

Iwerks kemudian mencoba menciptakan karakter baru mulai dari sapi, kuda jantan, hingga katak. Namun semua ditolak Disney. Suatu kali ia melihat foto Walt Disney yang dikelilingi gambar tikus-tikus yang dibuat oleh Hugh Harman, animator Disney yang pindah ke Universal. Foto dan kartun itu dibuat tiga tahun sebelumnya. Rupanya gambar tikus itu memang lekat dengan Disney. Ia sering melihat tikus-tikus besar bergentayangan di kebunnya. Tiba-tiba saja Iwerks punya ide membuat karakter tikus itu. Karakter itulah yang kemudian diajukan ke Disney dan diberi nama Mortimer Mouse.

Disney suka dengan karakter baru itu, namun istrinya menganggap namanya kurang matap. Lalu ia mengusulkan nama Mickey Mouse. Maka dipilihkan nama itu untuk karakter si tikus Mickey Mouse. Dari sanalah lahir legenda animasi yang menjadi ikon Walt Disney Company.

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Jumat, 07 Desember 2012

Kopi Pahit

Saya yakin hampir semua di antara kita pernah, bahkan sering, membeli kopi di toko kopi yang hampir dapat kita jumpai di setiap mal/pusat perbelanjaan. Baik itu kita memang suka mengonsumsi kopi, sekedar bersantai di gerai kopi, ataupun hanya mencoba.

Bagi penggemar kopi pahit, rasa pahit dan aroma dari kopi tersebut tentu akan memberikan suatu kenikmatan yang khas. Namun bagi yang bukan penggemar kopi pahit, tentu hal ini menjadi hal yang sangat-sangat tidak menyenangkan bagi lidah mereka. Kebanyakan di antara orang-orang yang tidak menyukai kopi pahit dan pertama kali mencoba membeli kopi pahit, mereka akan kaget dengan pahitnya kopi tersebut, dan hampir semua dari orang tersebut, hampir dipastikan akan melakukan reaksi berupa menambahkan gula pada kopinya, dengan harapan kopi tersebut akan menjadi manis dan sesuai dengan selera lidah mereka.

Namun apakah yang terjadi demikian? Tidak. Kopi pahit yang mereka coba tidak berubah menjadi pahit. Tapi menjadi kopi pahit, yang juga manis. Rasanya akan menjadi semakin aneh dan semakin tidak menyenangkan di lidah. Bahkan cenderung mengundang lambung untuk memuntahkan isi perut.

Namun yang ingin disampaikan dari artikel ini adalah pembelajaran dari fenomena tersebut, di mana menambahkan gula pada kopi yang pahit, bukanlah tindakan yang tepat untuk membuat kopi menjadi manis. Menambahkan gula ke dalam kopi yang pahit hanya akan menjadikan rasa dari kopi tersebut semakin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Jadi, ketika kita mendapat rasa kopi yang tidak sesuai dengan keinginan kita, menambahkan unsur lain (seperti gula, susu, ataupun hal lainya) dengan harapan rasa pahitnya akan hilang, hal itu jelas bukanlah tindakan yang tepat. Ada 2 hal yang dapat Anda lakukan untuk mendapat rasa kopi lain sesuai apa yang Anda inginkan:
1. Meminum habis kopi tersebut, kemudian menuangkan atau memasukkan kopi/minuman lain yang rasanya sesuai selera.
2. Membuang kopi pahit tersebut, kemudian menuangkan kopi/minuman lain yang sesuai dengan selera.

Telepas dari perbedaan prinsip dari kedua tindakan tersebut, yang pasti kedua tindakan ini pada prinsipnya memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu mengosongkan wadah, dan mengisinya dengan yang baru. Tidak ada yang salah dari kedua tindakan tersebut, yang penting adalah jangan menyayangkan/menyesali materi/pengorbanan yang dikorbankan untuk membeli kepahitan tersebut. Lepaskan saja tanpa ada keterikatan. Syukurilah kepahitan tersebut, karena dari kepahitan tersebut setidaknya Anda tahu rasa rasa pahit itu sendiri.

Selayaknya seseorang yang kecewa dengan kopi yang dia beli karena ternyata pahit, tidak enak di lidah, tidak sesuai dengan harapanya, bahkan malah membuat ingin muntah, begitupun dalam hidup kita, terkadang kita dihadapkan pada kenyataan/kejadian/keputusan yang tidak kita sukai, tidak kita harapkan, bahkan sangat menyakitkan buat kita.

Ketika kita masih belum bisa menerimanya, masih menyimpan kebencian, kesakitan, dan kedengkian di hati kita, kita terkadang malah berusaha memasukkan hal-hal lain ke hati kita dengan cara melakukan hal-hal gegabah sebagai pelampiasan. Bukan kebahagiaan yang didapat, malah penyesalan yang kita dapatkan.

Ketika kita belum bisa menerima semuanya, masih akan terdapat kebencian, kedengkian, dan kesakitan dalam hati. Apapun yang Anda lakukan untuk menghilangkanya tidak berbeda seperti memasukan gula ke kopi pahit tadi. Untuk itu, kita harus menerima dan mengampuni segala sesuatunya terlebih dahulu, tidak berbeda seperti mengosongkan gelas untuk diisi kembali. Ketika Anda menerima, melepaskan, dan mengampuni semuanya, Anda sudah mengosongkan hati Anda, dan siap untuk menampung kebaikan yang sudah menanti


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com

Selasa, 04 Desember 2012

Segelas Fanta

Konon suatu hari, Om William yang saat itu usahanya belumlah seraksasa Astra saat ini, datang ke kantor pada pagi hari dan segera disambut oleh seorang Office Boy yang meletakkan segelas minuman di meja kerja Om William. "Selamat pagi Tuan" demikian sapa sang Office Boy dengan sopan yang disambut dengan anggukan dan sambil meletakkan koran di meja, Om William pun balas menyapa "Kamu masih baru ya? sudah berapa lama kamu kerja disini?" "Kira-kira satu bulan Tuan" jawabnya.

OW: "Bagaimana? Kamu suka kerja disini?"
OB: "Ya Tuan, saya suka bekerja disini"
OW: "Baiklah kalau begitu"
OB: "Maaf Tuan, apakah saya boleh menyampaikan sesuatu?"
OW: "Apa itu?"
OB: "Saya mau minta dibelikan selusin gelas untuk para tamu di kantor ini Tuan"

Di zaman itu Coca Cola, Fanta & Sprite adalah trend yang dipandang praktis sebagai minuman yang disuguhkan kepada tetamu yang datang ke kantor Om William.

OB: "Tuan, seringkali sebotol minuman yang kita suguhkan tidak dihabiskan, kalau saya menggunakan gelas yang saya isi es batu maka sebotol bisa untuk dua orang"

Dahi Om William pun sempat berkerut namun kemudian mengangguk tanda setuju dan memberikan sejumlah uang kepada si Office Boy itu untuk membeli gelas.

Sebulan berlalu dan dalam sebuah kesempatan si Office Boy menyapa Om William kembali untuk menyampaikan isi hatinya.

OW: "Ya, ada apa?"
OB: "Maaf Tuan, apakah saya boleh minta uang untuk beli gelas lagi?"
OW: "Memangnya kenapa dengan gelas yang dulu kamu beli?"
OB: "Gelas itu terlalu besar Tuan, dan sebagian tamu yang datang tidak menghabiskan minumannya, saya ingin membeli gelas yang lebih kecil"

Om William pun setuju dan kembali memberikan sejumlah uang untuk membeli gelas kecil, dan si Office Boy itu pergi membeli selusin gelas kecil yang saat itu lazim disebut gelas belimbing"

Sekian waktu berlalu, dan kali ini si Office Boy mengetuk pintu ruang kerja Om William, "Ya, masuklah"
Si Office Boy pun masuk dan belum sempat berkata-kata, Om William langsung berkata "kali ini kamu jangan lagi minta uang untuk beli gelas ukuran 'sloki' ya!"

Si Office Boy nampak gelisah dan berusaha menjelaskan "Maaf Tuan, saya tidak bermaksud minta uang untuk beli gelas lagi, saya hanya ingin minta ijin agar diperbolehkan menanyakan kepada para tamu itu, apa jenis minuman yang sebenarnya mereka suka"

Om William yang penasaran masih belum berkata-kata dan si Office Boy melanjutkan perkataanya "Karena ada beberapa gelas yang tidak diminum sama sekali dan mungkin itu karena mereka tidak suka, itulah sebabnya saya perlu menanyakannya".
Om William pun tertegun sejenak sambil mengangguk-angguk tanda setuju.

"Pastikan apapun perbuatan dan hasil hari ini lebih baik dari hari-hari sebelumnya"

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: www.AndrieWongso.com