Jumat, 14 Juni 2013

Tama bukan Tamagochi

Hey, sudah lama ngga nulis, kadang bosen juga pake bahasa resmi kaya yang dulu-dulu. Hehehe

Okee sekarang gue coba pake bahasa gue dewek ah ^.^

Oh iye lupa ini kisah nyata juga nih ~(^.^)~ Selamet ngebaca dah!

Jadi suatu hari ada mahasiswa yang namanya Tama, Pendeskripisannya: doi rajin ibadahnya, cakep, rajin menabung, nabung dimane? kantin, kopma dll dah, rajin semuanye, ngandelin Allah teruuuus, ya kalo kata Ustadz Yusuf Mansur mah Allah dulu, Allah lagi, Allah teruuuus..

Nih doi ikutan komunitas, tau sendiri kan kalo dikomunitas mah lingkungan mendukung jadi semangat, ngga mau kalah sama yang lainnya. Tama ini menurut gue bagaikan menemukan titik cerah dalam hidupnya, dia dulu sering maksiat sekarang bagaikan ustadz yang baru hahaha (sorry ya tam)

Namun masuk semester akhir kuliahnya, dia memutuskan resign dari komunitasnya, alhasil doi yang biasanya berlomba-lomba dikomunitas itu akhirnya turun passionnya, drastis sekali. 

Berubah! Ya doi berubah bagaikan power ranger merah ke ranger hitam hahahaha apaan sih, yang tadinya rajin ibadah, baik sama orang eh sekarang malah maksiatnye makin parah, doi kadang ninggalin sholatnya 5 waktu dengan sengaja. Bahkan adzan mushola deket kosannya itu kayak ngga di dengerin.

Kadang dia bohong tuh sama orang tuanya, waktu ditanya udah sholat belom? doi bilang udah, padahal cuma ngamparin sajadah doang sholat mah kaga. *istigfar*

Gituuu teruuus tiap hariii, seperti ada yang hilang dari hidupnya. Terus ditegur deh sama temennya, kok lo gini sih sekarang? beda dari lo duluu yang rajin ibadahnye.. Tama ngejawab ngga tau gue juga kenapa gue bisa gini! aneh gue juga. Temennya bilang lagi, hidup itu kita yang bikin alurnya sendiri, mau ke maksiat atau ke kebaikan itu kita yang milih. 

Setelah dapet teguran temennya, doi mikirin tuh petuah temennya, iya ya kenapa gue jadi gini ya, kok hidup gue makin ngga bener, urusan gue makin lambat padahal itu sepele dan mudah, mungkin Allah persulit kali ya.

Tama ngerenuningin itu semua, kebiasaan bangun sebelum subuh untuk bermunajat aja udah ngga pernah akhirnya, dia coba lagi untuk memulai semuanya dari awal. Mulai benerin tuh hidupnya lagi.

Tama rutin kalo lagi dirumahnya untuk sholat subuh jamaah di masjid yang berjarak 100 meter dari rumahnya, doi jalan kaki ke masjid sambil dzikir kayak pak haji hehehe

Setelah selesai subuh, baru keluar masjid dia papasan sama orang perumahan yang deket sama masjid itu dan dan disapalah si tama ini "Assalamualaikum" sapa beliau, "Waalaikumsalam" jawabnya si Tama, "Kemana aja jarang keliatan sih?" "Iyaa pak saya di depok kuliah" Oh gituu akhirnya tama dan bapak itu terpisah karena beda jalan arah pulangnya.

Ngga lama kejadian disapa bapak ini diceritakanlah sama ibunya, Tama cuma senyum aja karena bapak ini hapal kalo gue sering sholat disana jadi pas gue jarang keliatan bapak ini jadi tau.

Tapi penjelasan ibunya ini yang agak berbeda, "Kamu tau? Bapak itu nanya sama kamu itu atas izin Allah, Allah yang negur kamu lewat perantara bapak itu. Kemana ya Tama yang dulu? Tama yang sering tahajud, berjamaah dimasjid, baca Qur'an, kemana? Allah kangen kamu nak. Allah rindu kamu yang duluuuu, makanya Allah tergur lewat bapak itu". *jleb*

Tama ngga bisa berkata apa-apa, dia hanya ngerenungin itu semua, setelah banyak berbuat dosa, dia ditegur lagi, Allah kangen dia yang duluu. (renungan juga buat kita)

Semoga sepenggal kejadian ini bisa ngebuat kita untuk jadi lebih baik lagi, disini gue ngga ada niat untuk mengajari tapi cuma untuk share aja buat belajar, belajar dan belajar lagi karena hidup cuma sementara dan kelak semua yang kita kerjakan bakal dipertanggungjawabkan!

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Selasa, 30 April 2013

Ilmu Seperti Pintu

Lihatlah sebuah pintu,
Sebuah bidang permukaan berupa kayu, dengan engsel dikaitkan disisi satu dan pembuka pintu disisi lain.

Engsel yang dibuat dalam bentuk selongsong yang bisa berputar untuk membuka dan menutup, ada juga fungsi pengunci disisi lainnya.

Barang itu memang hanya sebuah pintu, tidak lebih.

Tapi... Ada banyak senyuman, tangisan, pelukan, amarah, terekam olehnya.

Saat seorang ayah pulang, teriakan anak-anak akan memulai sebuah proses pelukan dalam cinta dan kasih.

Saat seorang pasangan pergi dengan amarah dan membanting pintu.

Saat seorang pasangan marah karena tidak diizinkan masuk.

Saat..
Saat..
Saat..

Dan ribuan, jutaan, milyaran moment terekam oleh sebuah bentuk bernama pintu.

Ilmu seperti pintu..

Karenanya rumah bisa dimiliki,
Karenanya mobil bisa dikendarai,
Karenanya motor bisa dinaiki,

Tapi.. Ya..Ilmu seperti pintu

Jika tak dibuka, tak akan ada keceriaan,
Jika tak ditutup, tak akan ada keamanan,
Jika tak dipunyai, tak akan ada kenyamanan.

Ya pintu ilmu tanpa action, tak akan ada apapun terjadi, dia hanya sebuah bidang permukaan dengen engsel disisi satu dan pengunci disisi lainnya dalam sebuah ruangan yang kosong, tak ada manfaat dan tak juga 'bernilai'

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan

Sumber: Broadcast @pakarseo

Jumat, 12 April 2013

Kumpulan Rindu

Walau rindu itu terkadang menghadirkan gelisah, namun aku ingin tetap punya rasa itu.

Tenang saja, aku takkan membiarkan jarak memenangkan pertarungan ini. Selama kita punya senjata yang bernama 'Rindu'.

Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu.

Kalo ibarat kain, kamu itu sehelai benang,  tapi benang cerah yang memberikan motivasi indah dihidupku, tetap menjadi seseorang yg aku rindu.

Rindu tak harus bertemu terkadang lewat doaku semuanya cukup tersalurkan.

Ada rindu yang belum tersampaikan. Kali ini angin benar-benar diketahui keberadaannya. Tak biasanya, dia mendominasi hujan.

Kemana rinduku pergi, disana aku akan berjalan manja menyambut siluet setiap senja.

Mendoakanmu adalah caraku menyalurkan rindu.

Menahan rindu itu sulit!

Jika aku digaji untuk merindukan kamu, aku mungkin sudah jadi milyuner sejak dulu.

Tanpa kamu, mungkin rindu hanya bergerombol di sudut hatiku.

Aku telah memberimu jarak, agar suatu saat nanti kamu menemukan ada yang hilang dan mulai merindukanku.

Jarak terkadang lebih indah karena ada jeda dan memberi ruang rindu yang luas bagi hadir sang cinta nanti.

Aku rindu kita dimasa lalu. Melepas rindu dengan beberapa pertemuan. Menghabiskan waktu dengan banyaknya candaan.

Rindu ini terasa indahnya, andai kau ada disini. Bersamaku berbagi rasa.

Bertahan dengan rasa ini, bertahan dengan rindu yang tak ingin kau tau.

Kau hadir memberi cinta, membawa bahagia, dan memberikan rasa rindu yang tak pernah ada habisnya.

Adakah rindu di hatimu seperti rindu yang aku rasa.

Rindu adalah lagu paling merdu yg dinyanyikan oleh syahdu karena rasa ingin bertemu.

Rasa rindu telah menjadi candu disetiap kau hadir dalam pikiranku.


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan







Jumat, 05 April 2013

Pilihan Hidup

Charles Darrow dan istrinya pernah menderita kesulitan hidup tak terkira. Namun, mereka menerima kondisi malang mereka sebagai bagian dari hidup dan menolak membiarkan kemalangan itu mencuri kebahagiaan mereka. Mereka berjuang keras melewati semuanya. Dan dalam perjuangan mereka mengatasi situasi sulit itu, mereka belajar sesuatu dan mereka tetap bisa tertawa.

Penderitaan itu terjadi pada tahun 1932. Ketika itu adalah masa-masa penuh kelam di Amerika karena adanya krisis ekonomi. Pengangguran dan kemiskinan ada di mana-mana, terlebih lagi sang istri sedang mengandung. Meskipun Charles seorang terpelajar (ahli dalam bidang pemanasan), saat itu tidak ada pekerjaan apa pun. Charles dan istrinya hanya mencari nafkah dari pekerjaan serabutan. Segala sesuatunya sangat suram. Namun, sepasang suami-istri ini tetap bisa tertawa di tengah nasib menyedihkan ini.

Di malam hari, saat tengah melepaskan sejenak beban persoalan, mereka membuat permainan di mana mereka bisa berpura-pura menjadi miliuner, sambil mengingat-ingat liburan menyenangkan di dekat kota. Mereka membangun area itu di atas sebuah papan. Charles memahat hotel dan rumah dari sebongkah kecil kayu, dan akhirnya mereka menyebut permainan itu dengan nama Monopoli.



Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1935, permainan itu dipasarkan oleh Parker Brothers. Charles dan istrinya menjadi miliuner karena mereka mengizinkan kesulitan yang mereka alami membentuk diri mereka, bukannya menghancurkan mereka.

Dari kisah Charles Darrow dan istrinya ini, kita bisa memetik pelajaran penting: Ketika kita menghadapi kesusahan dan kesulitan, menjadi pilihan kita untuk membiarkan semua itu menghancurkan hidup kita atau malah menciptakan kehidupan yang baru bagi kita. Mari belajar untuk tidak menyalahkan Sang Pencipta ketika kita mengalami kesulitan dan kesusahan. Tapi bertanyalah pada-Nya, “Apa yang sedang ingin Engkau ajarkan padaku?”

Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan




Senin, 07 Januari 2013

Piagam Ibu

Suatu hari, di sebuah rumah terlihat kesibukan penghuninya. Mereka bersama-sama mengangkat, menggeser, dan memindah-mindahkan berbagai macam perabot rumah dengan diselingi canda dan sapa akrab di antara mereka. Rupanya seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak ingin kamar tidur terpisah, sehingga ada keleluasaan untuk mengatur barang-barang mereka sendiri.

Bersama mereka merencanakan pembagian ruang, perabotan, dan tugas, dan sengaja meluangkan waktu libur untuk merenovasi sesuai rencana yang telah disepakati. Di keluarga itu, ayah dan anak-anak memiliki kesamaan minat dan aktif di berbagai kegiatan dan organisasi, seperti olah raga, kesenian dan kegiatan sosial lainnya. Itu bisa dilihat dari banyaknya piagam penghargaan dan piala yang berhasil didapat dan saat ini tegeletak di berbagai sudut, terbengkalai dan belum tersentuh.

Setelah memikirkan bersama, mereka memastikan piagam dan piala akan ditempatkan di ruang tamu dengan menambahkan rak pajang. Sambil bernostalgia mengingat saat kemenangan, si sulung berkomentar, “Bu, rasanya enggak komplit lho, di antara piala dan piagam ini tidak ada nama ibu. Waktu ibu muda sampai sekarang, apa ibu enggak pernah ikut pertandingan?”

“Wah kalau ibu kalian ikut bertanding dan menjadi pemenang juga, kita semakin repot dong mencari tempat untuk menyimpan piala dan piagam ini, hahaha,” timpal sang ayah.

“Eh, Ibu juga punya piagam, lho… Bukan hanya satu, tapi dua! Penasaran? Kalau ingin tahu piagam apa yang ibu punya, sediakan saja dua paku kosong, besok akan ibu gantung piagamnya di sana,” sambil tersenyum misterius, ibu melanjutkan kerjanya.

Ayah dan anak saling bertanya lewat tatapan mata. Bersamaan mengangkat bahu tanda masing-masing tidak mempunyai jawaban atas pernyataan piagam rahasia milik ibu. Dengan penasaran, keesokan harinya mereka segera melihat di ruang tamu. Ah… pakunya masih kosong! Saat selesai makan malam, ibu pun mengumumkan layaknya seorang pembawa acara.

“Hadirin, sesuai janji kemarin, piagam yang ibu dapatkan sudah tergantung di tempatnya, silakan ke ruang tamu untuk melihatnya!” Mereka berhamburan ke ruang tamu ingin segera tahu, kejuaraan apa yang telah dimenangkan oleh ibu atau piagam penghargaan seperti apa yang telah dirahasiakan ibu selama ini? Pasti sangat luar biasa sampai orang serumah tidak pernah ada yang tahu!

Setiba di sana,  terpampang di tembok telah dipigura, akte kelahiran masing-masing anak. Mereka terkesima dan begitu tersadar, si sulung segera memeluk ibunya, “Iya Bu, ini adalah piagam paling berharga di seluruh dunia. Pertanda Ibu telah memenangkan pertandingan terbesar dan terhebat karena diperjuangkan dengan taruhan nyawa. Piala dan piagam yang kami dapat, tidak sepadan dengan piagam yang ibu punya. Terima kasih telah mengingatkan dan maafkan kesombongan kami, Bu,” dengan terharu mereka berpelukan.

Seorang ibu, walaupun tanpa piagam dan penghargaan apapun, tetap adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Entah semewah atau sesederhana apapun sebuah rumah, sosok ibu adalah tempat terindah untuk anak-anaknya pulang.

Semoga, saat ini masih ada kesempatan buat kita untuk berbakti kepada ibu dan senantiasa mensyukuri bahwa melalui dialah kita ada.


Salam SuksesMulia!
 
By: @AryAgrahwan 
 
Sumber: www.AndrieWongso.com


Jumat, 04 Januari 2013

Puisi Habibie untuk Ainun

 
Puisi Habibie untuk Ainun

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu...

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya...

Dan kematian adalah sesuatu yang pasti...
Dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu...

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat...

Adalah kenyataan bahwa kematian benar2 dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi...

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba2 hilang berganti kemarau gersang...

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang...

Pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada...

Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini...

Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang...
Tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik...
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku arti kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini...

Selamat jalan....
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya...

Kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada....

Selamat jalan sayang....
Cahaya mataku, penyejuk jiwaku...

Selamat jalan...
Calon bidadari surgaku..


Salam SuksesMulia!

By: @AryAgrahwan